Sabtu, Oktober 24, 2009

TEORI BELAJAR MENURUT PAVLOV

TEORI BELAJAR MENURUT PAVLOV

Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936).
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta. Ia dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke Seminari Teologi. Pavlov lulus sebagai sarjana kedokteran dengan bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884 ia menjadi direktur departemen fisiologi pada institute of Experimental Medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Ivan Pavlov meraih penghargaan nobel pada bidang Physiology or Medicine tahun 1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikology behavioristik di Amerika. Karya tulisnya adalah Work of Digestive Glands(1902) dan Conditioned Reflexes(1927).
Ia meninggal di Leningrad pada tanggal 27 Februari 1936. Sebenarnya ia bukan seorang sarjana psikologi dan ia pun tidak mau disebut sebagai ahli psikologi, karena ia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik. Cara berpikirnya adalah sepenuhnya cara berpikir ahli ilmu faal, bahkan ia sangat anti terhadap psikologi karena dianggapnya kurang ilmiah. Dalam penelitian-penelitiannya ia selalu berusaha menghindari konsep-konsep meupun istilah-istilah psikologi. Sekalipun demikian, peranan Pavlov dalam psikologi sangat penting, karena studinya mengenai refleks-refleks akan merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi behaviorisme. Pandangannya yang paling penting adalah bahwa aktivitas psikis sebenarnya tidak lain daripada rangkaian-rangkaian refleks belaka. Karena itu, untuk mempelajari aktivitas psikis (psikologi) kita cukup mempelajari refleks-refleks saja. Pandangan yang sebenarnya bermula dari seorang tokoh Rusia lain bernama I.M. Sechenov. I.M. yang banyak mempengaruhi Pavlov ini, kemudian dijadikan dasar pandangan pula oleh J.B. Watson di Amerika Serikat dalam aliran Behaviorismenya setelah mendapat perubahan-perubahan seperlunya.
Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu.
Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang di inginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi leher pada seekor anjing. Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kini sebelum makanan diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.
Makanan adalah rangsangan wajar, sedang merah adalah rangsangan buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang, rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat(kondisi) untuk timbulnya air liur pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut: Reflek Bersyarat atau Conditioned Respons.
Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih. Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak disadari manusia.
Adapun jalan eksperimen tentang refleks berkondisi yang dilakukan Pavlov adalah sebagai berikut: Pavlov menggunakan seekor anjing sebagai binatang percobaan. Anjing itu diikat dan dioperasi pada bagian rahangnya sedemikian rupa, sehingga tiap-tiap air liur yang keluar dapat ditampung dan diukur jumlahnya. Pavlov kemudian menekan sebuah tombol dan keluarlah semangkuk makanan di hadapan anjing percobaan. Sebagai reaksi atas munculnya makanan, anjing itu mengeluarkan air liur yang dapat terlihat jelas pad aalat pengukur. Makanan yang keluar disebut sebagai perangsang tak berkondisi (unconditioned stimulus) dan air lliur yang keluar setelah anjiing melihat makanan disebut refleks tak berkondisi (unconditioned reflex), karena setiap anjing akan melakukan refleks yang sama (mengeluarkan air liur) kalau melihat rangsang yang sama pula (makanan). Kemudian dalam percobaan selanjutnya Pavlov membunyikan bel setiap kali ia hendak mengeluarkan makanan. Dengan demikian anjing akan mendengar bel dahulu sebelum ia melihat makanan muncul di depanny. Percobaan ini dilakukan berkali-kali dan selama itu keluarnya air liur diamati terus. Mula-mula air liur hanya keluar setelah anjing melihat makanan (refleks tak berkondisi), tetapi lama-kelamaan air liur sudah keluar pada waktu anjing baru mendengar bel. Keluarnya air liur setelah anjing mendengar bel disebut sebagai refleks berkondisi (conditioned reflects, karena refleks itu merupakan hasil latihan yang terus-menerus dan hanya anjing yang sudah mendapat latihan itu saja yang dapat melakukannya. Bunyi bel jadinya rangsang berkondisi (conditioned reflects). Kalau latihan itu diteruskan, maka pada suatu waktu keluarnya air liur setelah anjing mendengar bunyi bel akan tetap terjadi walaupun tidak ada lagi makanan yang mengikuti bunyi bel itu. Dengan perkataan lain, refleks berkondisi akan bertahan walaupun rangsang tak berkondisi tidak ada lagi. Pada tingkat yang lebih lanjut, bunyi bel didahului oleh sebuah lampu yang menyala, maka lama-kelamaan air liur sudah keluar setelah anjing melihat nyala lampu walaupun ia tidak mendengar bel atau melihat makanan sesudahnya. Demikianlah satu rangsang berkondisi dapat dihubungkan dengan rangsang berkondisi lainnya sehingga binatang percobaan tetap dapat mempertahankan refleks berkondisi walaupun rangsang tak berkondisi tidak lagi dipertahankan. Tentu saja tidak adanya rangsang tak berkondisi hanya bisa dilakukan sampai pada taraf tertentu, karena terlalu lama tidak adarangsang tak berkondisi, binatang percobaan itu tidak akan mendapat imbalan (reward) atas refleks yang sudah dilakukannya dan karena itu refleks itu makin lama akan semakin menghilang dan terjadilah ekstinksi atau proses penghapusan refleks (extinction).
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah bahwa tingkah laku sebenarnya tidak lain daripada rangkaian refleks berkondisi, yaitu refleks-refleks yang terjadi setelah adanya proses kondisioning (conditioning process) di mana refleks-refleks yang tadinya dihubungkan dengan rangsang-rangsang tak berkondisi lama-kelamaan dihubungkan dengan rangsang berkondisi.
Disadur dari: Sarlito W. Sarwono, 2002, Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi, (PT Bulan Bintang: Jakarta)
Trimanjuniarso.wordpress.com

Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan sehari-hari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu dari penjual es krim Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas. Bayangkan, bila tidak ada lagu tersebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak menjajakan dagangannya. Contoh lain adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu atau tombol antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan(rujak, es, nasi goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Penemuan Pavlov yang sangat menentukan dalam sejarah psikologi adalah hasil penyelidikannya tentang refleks berkondisi (conditioned reflects). Dengan penemuannya ini Pavlov meletakkan dasar-dasar Behaviorisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian-penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori tentang belajar. Bahkan Amerika Psychological Association (A.P.A.) mengakui bahwa Pavlov adalah orang yang terbesar pengaruhnya dalam psikologi modern di samping Freud.
Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Beberapa hukum belajar yang dihasilkan dari pendekatan behaviorisme ini, diantaranya :
Ivan Pavlov dengan “classical conditioning” nya:
Dari eksperimen yang dilakukan Pavlov terhadap seekor anjing menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
• Law of Respondent Conditioning yakni hukum pembiasaan yang dituntut. Jika dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi sebagai reinforcer), maka refleks dan stimulus lainnya akan meningkat.
• Law of Respondent Extinction yakni hukum pemusnahan yang dituntut. Jika refleks yang sudah diperkuat melalui Respondent conditioning itu didatangkan kembali tanpa menghadirkan reinforcer, maka kekuatannya akan menurun.
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/02/teori-teori-belajar/

DAFTAR PUSTAKA
Drs. H.J. Gino, dkk.1997.Belajar Dan Pembelajaran I.Surakarta:UNS Press
Disadur dari: Sarlito W. Sarwono, 2002, Berkenalan dengan ALiran-Aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi, (PT Bulan Bintang: Jakarta)
Trimanjuniarso.wordpress.com
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/02/teori-teori-belajar/

INVENTARISASI DAN KLASIFIKASI HEWAN INVERTEBRATA

INVENTARISASI DAN KLASIFIKASI
HEWAN INVERTEBRATA


Lokasi : Di sekitar Rumah
Dk. Lemahireng, Ds. Kaligawe, Pedan, Klaten
Waktu : 27 September 2009

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata kuliah Keanekaragaman dan Klasifikasi Invertebrata merupakan matakuliah yang sulit dipelajari jika hanya sekedar mempelajari teori yang ada saja, karena banyaknya spesies dan perbedaan karakteristik. Maka dari itu perlu mempelajari secara langsung pada spesies untuk mempermudah pemahaman materi. Mempelajari secara langsung pada spesies bukanlah hal yang sulit, karena disekitar kita banyak hewan – hewan invertebrate.
Dengan mempelajari atau mengamati secara langsung hewan – hewan invertebrate yang ada di sekitar kita / lingkungan sekitar rumah, kita dapat mengetahui ciri, sifat dan karakteristik hewan tersebut. Dari cirri, sifat dan karakteristik kita dapat menentukan klasifikasi setiap spesies hewan invertebrate.
Selain dapat menentukan klasifikasi, kita juga dapat mengetahui hubungan antar spesies di dalam suatu wilayah. Kita juga dapat mengetahui dominasi spesies dalam suatu wilayah.
Dari hal – hal tersebut diatas, inventarisasi hewan invertebrate di lingkungan sekitar kita / lingkungan rumah kita sangat bermanfaat untuk menunjang perkliahan dan pemahaman materi tentang kuliah Keanekaragaman dan Klasifikasi Invertebrata.

B. Tujuan

Kegiatan nventarisasi ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui hewan invertebrate yang terdapat di lingkungan rumah.
2. Mengetahui klasifikasi hewan invertebrate yang terdapat di lingkungan rumah.
3. Mengetahui jumlah spesies dan tempat hidup hewan invertebrate yang terdapat di lingkungan rumah.
4. Mengetahui hubungan antar spesies dan dominasi spesies hewan invertebrate yang terdapat di lingkungan rumah.


C. Rumusan Masalah

1. Spesies apa sajakah yang terdapat di lingkungan rumahmu ?
2. Bagaimana klasifikasi spesies hewan invertebrate yang terdapat di lingkungan rumahmu ?
3. Berapa jumlah setiap spesies dan dimana tempat hidupnya ?
4. Bagaimanakah hubungan antar spesies dan dominasi spesies hewan invertebrate yang terdapat di lingkungan rumahmu ?

PEMBAHASAN

Dalam inventarisasi ditemukan beberapa spesies, diantaranya sebagai berikut :

Nyamuk rumah (Culex pipiens)

Klasifikasi
kingdom : Hewan
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Genus : Culex
Spies : Culex pipiens

Tempat tinggal : ruang keluarga dan disudut – sudut rumah
Jumlah spesies : ± 50 ekor

Diskripsi :

Nyamuk termasuk Ordo Diptera.Ciri-ciri ordo diptera adalah sebagai berikut :
 Memiliki satu pasang sayap depan dan sayap belakang mengalami redukasi membentuk halter (alat keseimbangan).
 Mengalami metamorfosis sempurna.
 Tipe mulut menusuk dan menghisap serta menjilat.
 Dan memiliki tubuh ramping.
Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang untuk menembus kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus burung atau juga reptilia dan amfibi untuk menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan protein untuk pembentukan telur dan oleh karena diet nyamuk terdiri dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung protein, kebanyakan nyamuk betina perlu menghisap darah untuk mendapatkan protein yang diperlukan. Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang tidak sesuai untuk menghisap darah. Agak rumit nyamuk betina dari satu genus, Toxorhynchites, tidak pernah menghisap darah. Larva nyamuk besar ini merupakan pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain.

Kecoa (Periplaneta sp.)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Pillum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Familia : Blattellidae
Genus : Periplaneta
Spesies : Periplaneta sp.

Tempat tinggal : kamar mandi dan disekitar tempat sampah
Jumlah spesies : ± 7 ekor

Deskripsi :
Kecoa adalah insekta dari ordo Blattodea yang kurang lebih terdiri dari 3.500 spesies dalam 6 familia. Kecoa terdapat hampir di seluruh belahan bumi, kecuali di wilayah kutub.
Di antara spesies yang paling terkenal adalah kecoa Amerika, Periplaneta americana, yang memiliki panjang 3 cm, kecoa Jerman, Blattella germanica, dengan panjang ±1½ cm, dan kecoa Asia, Blattella asahinai, dengan panjang juga sekitar 1½ cm. Kecoa sering dianggap sebagai hama dalam bangunan, walaupun hanya sedikit dari ribuan spesies kecoa yang termasuk dalam kategori ini.

Kepiting (Scylla serrata)

Klasifikasi
Kingdom : Arthropoda
Kelas : crustacea
Ordo : dekapoda
Filum : Scyllidae
Genus : Scylla
Spesies : Scylla serrata

Tempat tinggal : sungai tepatnya di batu padas, membuat rumah didalam batu padas. dapat juga dijumpai pada tempat – tempat lembab.

Jumlah spesies : ± 27 ekor

Deskripsi

• Scylla serrata atau kepiting mempunyai kaki yang berbuku – buku
• Tubuhnya bersegmen – segmen
• Seluruh tubuhnya tertutup oleh eksoskeleton yang terbuat dari zat kitin
• Kepala kepiting terbentuk sebagai persatuan segmen dan kadang – kadang bersatu dengan dada membentuk chephalotorax.
• Bentuk tubuhnya simetris bilateral
• Mempunyai sepasang kaki capit yang besar di bagian anterior yang berfungsi unuk menangkap mangsanya dan untuk melindungi diri dari bahaya musuh.
• Alat respirasinya berupa insang

Semut (Formica yessensis)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Pillum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Subordo : Apokrita
Superfamil : Vespoidea
Familia : Formicidae
Genus : Formica
Spesies : Formica yessensis

Tempat tinggal : di meja dapur, tempat sampah dan di tembok

Jumlah spesies : ± lebih dari 100 ekor

Deskripsi :

Semut telah menguasai hampir seluruh bagian tanah di Bumi. Semut hidup di dalam tanah. Semut pada area inventarisasi, ditemukan muncul dari lubang yang terdapat di lantai rumah. Semut dikenal dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur, yang terkadang terdiri dari ribuan semut per koloni. Jenis semut dibagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Satu koloni dapat menguasai dan memakai sebuah daerah luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni semut kadangkala disebut superorganisme dikarenakan koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah kesatuan.
Tubuh semut terdiri atas tiga bagian, yaitu kepala, mesosoma (dada), dan metasoma (perut). Morfologi semut cukup jelas dibandingkan dengan serangga lain yang juga memiliki antena, kelenjar metapleural, dan bagian perut kedua yang berhubungan ke tangkai semut membentuk pinggang sempit (pedunkel) di antara mesosoma (bagian rongga dada dan daerah perut) dan metasoma (perut yang kurang abdominal segmen dalam petiole). Petiole yang dapat dibentuk oleh satu atau dua node (hanya yang kedua, atau yang kedua dan ketiga abdominal segmen ini bisa terwujud).
Tubuh semut, seperti serangga lainnya, memiliki eksoskeleton atau kerangka luar yang memberikan perlindungan dan juga sebagai tempat menempelnya otot, berbeda dengan kerangka manusia dan hewan bertulang belakang. Serangga tidak memiliki paru-paru, tetapi mereka memiliki lubang-lubang pernapasan di bagian dada bernama spirakel untuk sirkulasi udara dalam sistem respirasi mereka. Serangga juga tidak memiliki sistem peredaran darah tertutup. Sebagai gantinya, mereka memiliki saluran berbentuk panjang dan tipis di sepanjang bagian atas tubuhnya yang disebut "aorta punggung" yang fungsinya mirip dengan jantung. sistem saraf semut terdiri dari sebuah semacam otot saraf ventral yang berada di sepanjang tubuhnya, dengan beberapa buah ganglion dan cabang yang berhubungan dengan setiap bagian dalam tubuhnya.

Udang (Cambarus Sp)

Klasifikasi
Kingdom : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Dekapoda
Filum : Cambardae
Genus : Cambarus
Spesies : Cambarus Sp

Tempat tinggal : sungai, biasanya menempel dengan di batu – batu, akar pohon, pohon – pohon mati, dan di batu cadas.

Jumlah spesies : ± 40 ekor

Deskripsi

• Tubuhnyaterdiri dari chepalothorax dan abdomen
• Kepala merupakan gabungan dari 5 somit (segmen tubuh) yaitu : 2 pasang antenna, 1 pasang mandibula dan 2 pasang maxilla
• Seluruh tubuhnya tertutup oleh perisai yang ddisebut dengan karapaks.
• Pada ujung akhir posterior dari somit disebut tekson
• Pada ujung anterior terdapat rostum.
• Tidak mempunyai pedipalpi tetapi mempunyai celicera
• Pada bagian anterior terdapat antenna dan annuela
• Kaki depan untuk berjalan (pleopod), dan kaki belakang untuk berenang (uropod)
• Respirasi umumnya menggunakan insang.

Laba-laba (Araneus diadematus)

Klasifikasi
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Arachnida
Ordo: Araneae
Family :
Genus : Araneus
Spesies : Araneus diadematus

Tempat tinggal : Labah-labah banyak ditemukan di area seperti langit-langit, sudut-sudut ruang, dsb., sehingga di sekitar area banyak terdapat sarang-sarangnya yang sangat mengganggu dalam hal kebersihan
Jumlah spesies : ± 13 ekor

Deskripsi :
Laba-laba, atau disebut juga labah-labah, adalah sejenis hewan berbuku-buku (arthropoda) dengan dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap dan tak memiliki mulut pengunyah. Semua jenis laba-laba digolongkan ke dalam ordo Araneae; dan bersama dengan kalajengking, ketonggeng, tungau —semuanya berkaki delapan— dimasukkan ke dalam kelas Arachnida. Bidang studi mengenai laba-laba disebut arachnologi.
Laba-laba merupakan hewan pemangsa (karnivora), bahkan kadang-kadang kanibal. Mangsa utamanya adalah serangga. Hampir semua jenis laba-laba, dengan perkecualian sekitar 150 spesies dari suku Uloboridae dan Holarchaeidae, dan subordo Mesothelae, mampu menginjeksikan bisa melalui sepasang taringnya kepada musuh atau mangsanya. Meski demikian, dari puluhan ribu spesies yang ada, hanya sekitar 200 spesies yang gigitannya dapat membahayakan manusia.
Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi semuanya mampu menghasilkan benang sutera --yakni helaian serat protein yang tipis namun kuat-- dari kelenjar (disebut spinneret) yang terletak di bagian belakang tubuhnya. Serat sutera ini amat berguna untuk membantu pergerakan laba-laba, berayun dari satu tempat ke tempat lain, menjerat mangsa, membuat kantung telur, melindungi lubang sarang, dan lain-lain.

Rayap (Coptotermes curvignathus)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Isoptera
Family : Rhinotermitidae
Genus : Coptotermes
Spesies : Coptotermes curvignathus

Tempat tinggal : tumpukan kayu yang telah lapuk
Jumlah : Banyak (hidup berkoloni) / lebih dari 100 ekor

Hubungan dengan lingkungan :
Rayap (Coptotermes curvignathus) banyak terdapat di kayu-kayu yang telah lapuk. Rayap adalah detrivores (pengkonsumsi material organik yang membusuk), khususnya di daerah subtropis dan tropis, dan kemampuan mereka mendaur ulang kayu dan bahan tanaman lain adalah hal yang penting bagi keseimbangan ekologi.Sebagai serangga sosial, rayap hidup dalam bentuk koloni. Sebuah koloni mapan dapat beranggotakan ratusan hingga jutaan individual. Bersarang di atas ataupun di bawah tanah pada batang pohon yang mati dan banyak menyerang kayu-kayu konstuksi pada bangunan dengan sifat serangannya yang meluas. Hal ini menjadikan rayap C. curvignathus sebagai rayap yang menimbulkan kerugian ekonomis yang besar.

Hubungan antar spesies

a. Predasi, ditandai adanya hubungan antara pemangsa dengan yang dimangsa.
Contoh:
Sesuai dengan inventarisasi di atas, suatu predasi ditemukan pada hubungan antara:
 Laba-laba dengan nyamuk
 Laba-laba dengan semut
 Kepiting dengan udang
Hubungan predasi erat kaitannya dengan keberlangsungan peristiwa rantai makanan . Tanpa suatu proses predasi, rantai makanan tidak akan berlangsung.
b. Kompetisi, ditandai dengan adanya persaingan antara satu populasi dengan populasi lain dalam usahanya mendapatkan kebutuhan yang sama (makanan).
Contoh:
Dalam inventarisasi, kompetisi ditemukan pada hubungan antara:
 Kecoa dan semut
c. Netral, bila dua populasi tidak saling mempengaruhi.
Contoh:
Populasi kecoa dengan populasi nyamuk.
Populasi kepiting dengan populasi nyamuk.
Populasi semut dengan populasi nyamuk.
Populasi udang dengan populasi nyamuk.
Populasi rayap dengan populasi nyamuk.
Populasi semut dengan populasi rayap.
Populasi semut dengan populasi kepiting.
Populasi semut dengan populasi udang
Populasi kecoa dengan populasi laba-laba.
Populasi kecoa dengan populasi kepiting.
Populasi kecoa dengan populasi rayap.
Populasi kecoa dengan populasi udang.
Hubungan antara dua populasi di atas tidak ada, sehingga dapat dikatakan netral.

Hubungan antar spesies ditinjau dari dominasinya
 Nyamuk rumah (Culex pipiens) Jumlah spesies : ± 50 ekor
 Kecoa (Periplaneta sp.) Jumlah spesies : ± 7 ekor
 Kepiting (Scylla serrata) Jumlah spesies : ± 27 ekor
 Semut (Formica yessensis) Jumlah spesies : lebih dari 100 ekor
 Udang (Cambarus Sp) Jumlah spesies : ± 13 ekor
 Laba-laba (Araneus diadematus) Jumlah spesies : ± 40 ekor
 Rayap (Coptotermes curvignathus) Banyak (hidup berkoloni) / lebih dari 100 ekor

Dari data diatas menunjukkan bahwa urutan spesies yang mendominasi tempat dari yang dominan sampai yang kurang dominan adalah :
1. Rayap (Coptotermes curvignathus) Banyak (hidup berkoloni) / lebih dari 100 ekor
2. Semut (Formica yessensis) Jumlah spesies : lebih dari 100 ekor
3. Nyamuk rumah (Culex pipiens) Jumlah spesies : ± 50 ekor
4. Laba-laba (Araneus diadematus) Jumlah spesies : ± 40 ekor
5. Kepiting (Scylla serrata) Jumlah spesies : ± 27 ekor
6. Udang (Cambarus Sp) Jumlah spesies : ± 13 ekor
7. Kecoa (Periplaneta sp.) Jumlah spesies : ± 7 ekor

PENUTUP

Kesimpulan

1. Hewan invertebrate yang terdapat di lingkungan rumah diantaranya :

a. Rayap (Coptotermes curvignathus)
b. Semut (Formica yessensis)
c. Nyamuk rumah (Culex pipiens)
d. Laba-laba (Araneus diadematus)
e. Kepiting (Scylla serrata)
f. Udang (Cambarus Sp)
g. Kecoa (Periplaneta sp.)
2. Klasifikasi hewan invertebrate yang terdapat di lingkungan rumah yaitu :
Nyamuk rumah (Culex pipiens)

Klasifikasi
kingdom : Hewan
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Genus : Culex
Spies : Culex pipiens Kecoa (Periplaneta sp.)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Pillum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Familia : Blattellidae
Genus : Periplaneta
Spesies : Periplaneta sp.
Semut (Formica yessensis)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Pillum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Subordo : Apokrita
Superfamil : Vespoidea
Familia : Formicidae
Genus : Formica
Spesies : Formica yessensis Udang (Cambarus Sp)

Klasifikasi
Kingdom : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Ordo : Dekapoda
Filum : Cambardae
Genus : Cambarus
Spesies : Cambarus Sp

Laba-laba (Araneus diadematus)

Klasifikasi
Kerajaan: Animalia

Filum: Arthropoda

Kelas: Arachnida

Ordo: Araneae
Clerck, 1757

Family :
Genus : Araneus
Spesies : Araneus diadematus Kepiting (Scylla serrata)

Klasifikasi
Kingdom : Arthropoda
Kelas : crustacea
Ordo : dekapoda
Filum : Scyllidae
Genus : Scylla
Spesies : Scylla serrata

Rayap (Coptotermes curvignathus)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Isoptera
Family : Rhinotermitidae
Genus : Coptotermes
Spesies : Coptotermes curvignathus

3. Jumlah spesies dan tempat hidup hewan invertebrate yang terdapat di lingkungan rumah.
a. Nyamuk rumah (Culex pipiens) Jumlah spesies : ± 50 ekor
Tempat tinggal : ruang keluarga dan disudut – sudut rumah

b. Kecoa (Periplaneta sp.) Jumlah spesies : ± 7 ekor
Tempat tinggal : kamar mandi dan disekitar tempat sampah

c. Kepiting (Scylla serrata) Jumlah spesies : ± 27 ekor
Tempat tinggal : sungai tepatnya di batu padas, membuat rumah didalam batu cadas. dapat juga dijumpai pada tempat – tempat lembab.

d. Semut (Formica yessensis) Jumlah spesies : lebih dari 100 ekor
di meja dapur, tempat sampah dan di tembok.

e. Udang (Cambarus Sp) Jumlah spesies : ± 13 ekor
Tempat tinggal : sungai, biasanya menempel dengan di batu – batu, akar pohon, pohon – pohon mati, dan di batu cadas.
f. Laba-laba (Araneus diadematus ) Jumlah spesies : ± 40 ekor
Tempat tinggal : Labah-labah banyak ditemukan di area seperti langit-langit, sudut-sudut ruang, dsb., sehingga di sekitar area banyak terdapat sarang-sarangnya yang sangat mengganggu dalam hal kebersihan

g. Rayap (Coptotermes curvignathus) Banyak (hidup berkoloni) / lebih dari 100 ekor
Tempat tinggal : tumpukan kayu yang telah lapuk

4. Hubungan antar spesies dan dominasi spesies hewan invertebrate yang terdapat di lingkungan rumah diantaranya :
• Predasi
Laba-laba dengan nyamuk
Laba-laba dengan semut
Kepiting dengan udang
• Kompetisi
Kecoa dan semut
• Netral

Populasi kecoa dengan populasi nyamuk.
Populasi kepiting dengan populasi nyamuk.
Populasi semut dengan populasi nyamuk.
Populasi udang dengan populasi nyamuk.
Populasi rayap dengan populasi nyamuk.
Populasi semut dengan populasi rayap.
Populasi semut dengan populasi kepiting.
Populasi semut dengan populasi udang
Populasi kecoa dengan populasi laba-laba.
Populasi kecoa dengan populasi kepiting.
Populasi kecoa dengan populasi rayap.
Populasi kecoa dengan populasi udang.


• Dominasi spesies
urutan spesies yang mendominasi tempat dari yang dominan sampai yang kurang dominan adalah :
a. Rayap (Coptotermes curvignathus) Banyak (hidup berkoloni) / lebih dari 100 ekor
b. Semut (Formica yessensis) Jumlah spesies : lebih dari 100 ekor
c. Nyamuk rumah (Culex pipiens) Jumlah spesies : ± 50 ekor
d. Laba-laba Jumlah spesies : ± 40 ekor
e. Kepiting (Scylla serrata) Jumlah spesies : ± 27 ekor
f. Udang (Cambarus Sp) Jumlah spesies : ± 13 ekor
g. Kecoa (Periplaneta sp.) Jumlah spesies : ± 7 ekor


DAFTAR PUSTAKA


http://id.wikipedia.org/wiki/Laba
http://wapedia.mobi/id/Serangga
http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=78&fname=bio111_07.htm
http://id.wikipedia.org/wiki/Kecoa
http://animaldiversity.ummz.umich.edu/index.html
http://pdfdatabase.com/index.php?q=nama+ilmiah+hewan+hewan

diakses 01 oktober 2009 jam 23.34 WIB

Maskoeri, Jasin.1998.Sistematika Hewan.Surabaya:Sinar Jaya
Radiopetro.1996.Zoologi.Jakarta:Erlangga
Sri Dwiastutu Dan Puguh Karyanto.2003.KKH I.Surakarta:UNS Press